Sabtu, 15 Oktober 2016

Pro Kontra Eksploitasi Kebudayaan Ondel-ondel

                     
               
JELAJAH - Siapa yang tidak kenal dengan Ondel-ondel yang muncul ketika perayaan hari jadi kota Jakarta.  Sosoknya yang unik membuat acara Hari Ulang Tahun Jakarta semakin  meriah. Sebelumnya ondel-ondel memiliki nama lain Barongan namun seiring perkembangan masyarakat betawi nama Barongan berganti menjadi ondel-ondel. Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala, pesta rakyat, sedekah bumi dan digunakan untuk mengusir gangguan roh halus yang bergentayangan. ondel-ondel sendiri memiliki 2 tipe yaitu, ondel-ondel kerajaan atau yang biasa disebut ondel-ondel darah biru dan ondel-ondel jawara. ondel-ondel memiliki warna khas untuk menghiasi wajahnya merah dan putih. Wajah ondel-ondel pria berwarna merah yang melambangkan sebagai jawara atau ada yang mengatakan sebagai pengusir Roh halus, sedangkan warna wajah pada ondel-ondel perempuan adalah putih yang melambangkan sebagai pembawa berkah atau kemakmuran.

Ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu kehormatan dan bisa di bilang sebagai Maskot Kota Jakarta. Meskipun perkembangan zaman sudah modern sosok ini tidak akan pernah hilang di makan zaman, karena setiap warga Jakarta selalu menunggu kehadirannya.Layaknya kebudayaan lain, ondel-ondel pun harus tetap ada dan dikenalkan terus kepada generasi muda terlebih kepada generasi yang sekarang disebut sebagai “generasi gadget.”

Menurut Bang H. Eddy Mulyadi selaku ketua yayasan Manggar Kelape, kini ondel-ondel sudah mulai bergeser dari fungsinya yang tadinya hanya untuk menghibur rakyat saja, kini dijadikan alat untuk mencari nafkah oleh sekelompok warga Jakarta. Sekelompok warga berkeliling mengarak ondel-ondel dijalan-jalan disekitaran dan dipinggiran Jakarta dengan diiringi alat musik betawi sambil menadangkan sebuah ember kepada para warga yang mereka lintasi. “ saya sendiri sih kurang setuju dengan digunakannya ondel-ondel untuk dijadikan alat mengamen, apalagi sampe menghilangkan pakem dari budaya betawi itu sendiri kayak misalnya mengiringi ngibing ondel-onel dengan lantunan lagu-lagu modern yg biasa kita denger bukan dengan lagu-lagu betawi kayak sirih kuning, ondel-ondel, dll” Ujar dari pemilik Manggar Kelape ini.

Di lain sisi bang Eddy bersyukur karena masih ada anak muda yang peduli untuk melestarikan dan memperkenalkan ondel-ondel kepada masyarakat. Namun beliau menyayangkan cara yang digunakan untuk melestarikan budaya ondel-ondel tersebut tidak sesuai dengan unsur estetika dari kebudayaan itu sendiri, seperti menggunakan pakaian yang tidak seharusnya dipakai, membawa anak kecil saat mengamen, dan terkadang lagu yang dibawakan tidak sesuai dengan lagu-lagu khas betawi.

Bang Hendra salah satu masyarakat betawi asli Kemang Selatan juga mengungkapkan bahwa dengan adanya pengamen ondel-ondel membuat jalanan menjadi macet sehingga secara tidak langsung hal tersebut menjadikan pandangan masyarakat terhadap kebudayaan betawi menjadi buruk. Terlebih atraksi ondel-ondel ini dilakukan bukan dari warga betawi asli, sehingga membuat pandangan buruk terhadap orang betawi ini sendiri. “ jangan sampe nih gara-gara pengamen ondel-ondel, harga diri orang betawi malah jatuh dimata masyarakat”. ungkap bang Hendra.

Andri salah seorang pengamen ondel-ondel yang berasal dari Rawamangun, Jakarta Timur ini berdalih bahwa “ini salah satu cara untuk melestarikan budaya betawi sekaligus sebagai penghasilan sehari-hari daripada dirumah ngga ada kerjaan lebih baik kita berkeliling aja”. Andri dkk ini mulai berkeliling dan diantar dengan mikrolet pada pukul 13.00 WIB dari Rawamangun menuju daerah yang akan dikelilingi oleh Andri, lalu mereka berkeliling sampai pukul 21.00 WIB dan dijemput kembali ditempat sebelumnya mereka diantarkan.  Selain itu Andri pun mengungkapkan bahwa “sebagai generasi muda seharusnya harus tetap melestarikan budaya betawi”. Alasan dengan mengatakan melestarikan budaya itu merupakan pembelaan diri mereka untuk tetap dapat mengamen dengan menggunakan ondel-ondel, pengahasilan pengamen ondel-ondel terbilang cukup menjanjikan yaitu sekitar 1,5 – 2 juta perbulan bila mereka terus ngamen selama satu bulan full tanpa berhenti. Maka dari itu dengan penghasilan yang cukup menjanjikan tidak heran makin banyaknya para pengamen ondel-ondel yang menjamur dengan mengatas namakan melestarikan budaya.

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Thahaja Permana (Ahok), mencoba menghentikan eksploitasi budaya ini dengan menggunakan perda no 8 tahun 2007 tentang “ketertiban umum melarang orang memberi uang atau barang kepada pengemis.” Tetapi perda tersebut belum cukup ampuh untuk mengurangi pengamen ondel-ondel yang ada di Jakarta. Oleh karena itu ahok berencana untuk membuat perda baru agar eksploitasi budaya khususnya budaya ondel-ondel tidak terjadi lagi.

Penulis : Felldy Aslya Utama

3 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html
Risky Candra mengatakan...

Nice info. Yang begini min yg byk di post ya :)

Risky Candra mengatakan...

Nice info. Yang begini min yg byk di post ya :)

Jelajah.com mengatakan...

Hallo, Terimakasih ya semoga bisa terus memenuhi kebutuhan informasi para pembaca :)