JELAJAH - Siapa yang tidak kenal dengan Ondel-ondel yang muncul ketika perayaan hari jadi
kota Jakarta. Sosoknya yang unik membuat acara Hari Ulang Tahun Jakarta
semakin meriah. Sebelumnya ondel-ondel memiliki nama lain Barongan namun
seiring perkembangan masyarakat betawi nama Barongan berganti menjadi
ondel-ondel. Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala, pesta rakyat,
sedekah bumi dan digunakan untuk mengusir gangguan roh halus yang
bergentayangan. ondel-ondel sendiri memiliki 2 tipe yaitu, ondel-ondel kerajaan
atau yang biasa disebut ondel-ondel darah biru dan ondel-ondel jawara.
ondel-ondel memiliki warna khas untuk menghiasi wajahnya merah dan putih. Wajah
ondel-ondel pria berwarna merah yang melambangkan sebagai jawara atau ada yang
mengatakan sebagai pengusir Roh halus, sedangkan warna wajah pada ondel-ondel
perempuan adalah putih yang melambangkan sebagai pembawa berkah atau
kemakmuran.
Ondel-ondel biasanya digunakan untuk
menambah semarak pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu kehormatan dan bisa
di bilang sebagai Maskot Kota Jakarta. Meskipun perkembangan zaman sudah modern
sosok ini tidak akan pernah hilang di makan zaman, karena setiap warga Jakarta
selalu menunggu kehadirannya.Layaknya kebudayaan lain, ondel-ondel pun harus
tetap ada dan dikenalkan terus kepada generasi muda terlebih kepada generasi
yang sekarang disebut sebagai “generasi gadget.”
Menurut Bang H. Eddy Mulyadi selaku
ketua yayasan Manggar Kelape, kini ondel-ondel sudah mulai bergeser dari
fungsinya yang tadinya hanya untuk menghibur rakyat saja, kini dijadikan alat
untuk mencari nafkah oleh sekelompok warga Jakarta. Sekelompok warga
berkeliling mengarak ondel-ondel dijalan-jalan disekitaran dan dipinggiran
Jakarta dengan diiringi alat musik betawi sambil menadangkan sebuah ember
kepada para warga yang mereka lintasi. “ saya sendiri sih kurang setuju dengan
digunakannya ondel-ondel untuk dijadikan alat mengamen, apalagi sampe
menghilangkan pakem dari budaya betawi itu sendiri kayak misalnya mengiringi
ngibing ondel-onel dengan lantunan lagu-lagu modern yg biasa kita denger bukan
dengan lagu-lagu betawi kayak sirih kuning, ondel-ondel, dll” Ujar dari pemilik
Manggar Kelape ini.
Di lain sisi bang Eddy bersyukur karena
masih ada anak muda yang peduli untuk melestarikan dan memperkenalkan
ondel-ondel kepada masyarakat. Namun beliau menyayangkan cara yang digunakan
untuk melestarikan budaya ondel-ondel tersebut tidak sesuai dengan unsur
estetika dari kebudayaan itu sendiri, seperti menggunakan pakaian yang tidak
seharusnya dipakai, membawa anak kecil saat mengamen, dan terkadang lagu yang
dibawakan tidak sesuai dengan lagu-lagu khas betawi.
Bang Hendra salah satu masyarakat betawi
asli Kemang Selatan juga mengungkapkan bahwa dengan adanya pengamen ondel-ondel
membuat jalanan menjadi macet sehingga secara tidak langsung hal tersebut
menjadikan pandangan masyarakat terhadap kebudayaan betawi menjadi buruk.
Terlebih atraksi ondel-ondel ini dilakukan bukan dari warga betawi asli,
sehingga membuat pandangan buruk terhadap orang betawi ini sendiri. “ jangan
sampe nih gara-gara pengamen ondel-ondel, harga diri orang betawi malah jatuh
dimata masyarakat”. ungkap bang Hendra.
Andri salah seorang pengamen ondel-ondel
yang berasal dari Rawamangun, Jakarta Timur ini berdalih bahwa “ini salah satu
cara untuk melestarikan budaya betawi sekaligus sebagai penghasilan sehari-hari
daripada dirumah ngga ada kerjaan lebih baik kita berkeliling aja”. Andri dkk
ini mulai berkeliling dan diantar dengan mikrolet pada pukul 13.00 WIB dari
Rawamangun menuju daerah yang akan dikelilingi oleh Andri, lalu mereka
berkeliling sampai pukul 21.00 WIB dan dijemput kembali ditempat sebelumnya
mereka diantarkan. Selain itu Andri pun mengungkapkan bahwa “sebagai
generasi muda seharusnya harus tetap melestarikan budaya betawi”. Alasan dengan
mengatakan melestarikan budaya itu merupakan pembelaan diri mereka untuk tetap
dapat mengamen dengan menggunakan ondel-ondel, pengahasilan pengamen
ondel-ondel terbilang cukup menjanjikan yaitu sekitar 1,5 – 2 juta perbulan
bila mereka terus ngamen selama satu bulan full tanpa berhenti. Maka dari itu
dengan penghasilan yang cukup menjanjikan tidak heran makin banyaknya para
pengamen ondel-ondel yang menjamur dengan mengatas namakan melestarikan budaya.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Thahaja
Permana (Ahok), mencoba menghentikan eksploitasi budaya ini dengan menggunakan
perda no 8 tahun 2007 tentang “ketertiban umum melarang orang memberi uang
atau barang kepada pengemis.” Tetapi perda tersebut belum cukup ampuh untuk
mengurangi pengamen ondel-ondel yang ada di Jakarta. Oleh karena itu ahok
berencana untuk membuat perda baru agar eksploitasi budaya khususnya budaya
ondel-ondel tidak terjadi lagi.
Penulis : Felldy Aslya Utama
JELAJAH - Siapa yang tidak kenal dengan Ondel-ondel yang muncul ketika perayaan hari jadi kota Jakarta. Sosoknya yang unik membuat acara Hari Ulang Tahun Jakarta semakin meriah. Sebelumnya ondel-ondel memiliki nama lain Barongan namun seiring perkembangan masyarakat betawi nama Barongan berganti menjadi ondel-ondel. Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala, pesta rakyat, sedekah bumi dan digunakan untuk mengusir gangguan roh halus yang bergentayangan. ondel-ondel sendiri memiliki 2 tipe yaitu, ondel-ondel kerajaan atau yang biasa disebut ondel-ondel darah biru dan ondel-ondel jawara. ondel-ondel memiliki warna khas untuk menghiasi wajahnya merah dan putih. Wajah ondel-ondel pria berwarna merah yang melambangkan sebagai jawara atau ada yang mengatakan sebagai pengusir Roh halus, sedangkan warna wajah pada ondel-ondel perempuan adalah putih yang melambangkan sebagai pembawa berkah atau kemakmuran.
3 komentar:
Nice info. Yang begini min yg byk di post ya :)
Nice info. Yang begini min yg byk di post ya :)
Hallo, Terimakasih ya semoga bisa terus memenuhi kebutuhan informasi para pembaca :)
Posting Komentar